Reaksi berbagai daerah di Indonesia terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Standar

Reaksi berbagai daerah di Indonesia terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Reaksi berbagai daerah di Indonesia terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah terjadinya perebutan kekuasaan, baik dengan cara kekerasan maupun dengan cara perundingan. Pada bulan September 1945, beberapa pemimpin karesidenan di Jawa menyambut Proklamasi Kemerdekaan dengan menyatakan diri sebagai bagian dari Pemerintahan Republik Indonesia dan mengancam akan melakukan tindakan keras terhadap segala tindakan yang menentang Pemerintah Republik Indonesia. Pegawai-pegawai Jepang dirumahkan dan dilarang memasuki kantor-kantor mereka.
Tahap berikutnya, para pemuda berusaha untuk merebut senjata dan gedung-gedung vital. Selama bulan September di Surabaya terjadi perebutan senjata di arsenal (gudang mesiu) Don Bosco, perebutan Markas Pertahanan Jawa Timur, perebutan Pangkalan Angkatan Laut Ujung, dan perebutan markas-markas Jepang lainnya serta perebutan pabrik-pabrik yang tersebar di seluruh kota.
Pada tanggal 19 September 1945, terjadi Insiden Bendera di Hotel Yamato. Insiden ini terjadi ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato dengan dibantu oleh serombongan pasukan Sekutu, mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel. Hal ini memancing kemarahan para pemuda. Oleh karena itu Residen Sudirman dengan cara baik-baik meminta agar bendera Belanda tersebut diturunkan. Setelah permintaan itu ditolak, maka hotel itu diserbu oleh para pemuda dan bentrokan pun tidak dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Belanda. Selanjutnya mereka merobek warna birunya dan mengibarkannya kembali menjadi merah-putih.
Sasaran berikutnya adalah Markas Kempetai yang terletak di depan kantor gubernur sekarang, karena dianggap sebagai lambang kekejaman Jepang. Markas tersebut diserbu oleh rakyat pada tanggal 1 Oktober 1945. Setelah melalui pertempuran selama kurang lebih 5 jam, gedung itu jatuh ke tangan rakyat. Dalam pertempuran itu 25 orang pemuda gugur dan 60 luka-luka serta sebanyak 15 orang prajurit Jepang Meninggal.

Tindakan Heroik di Berbagai Daerah di Indonesia
Sejak dikumandangankan proklamasi kemerdekaan, bendera Merah Putih berkibar dimana-mana. Di samping itu, pekik “Merdeka” menjadi salam nasional. Keadaan itu mengambarkan dukungan luas rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan.

Tindakan Heroik Terhadap Jepang
Tindakan terhadap Jepang terutama untuk merebut dan melucuti senjata-senjata Jepang. Tujuan melucuti senjata Jepang :
• Mendapatkan senjata untuk modal perang.
• Mencegah senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan sekutu.
• Mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh rakyat.

 Pertempuran di Surabaya dan sekitarnya
Selama bulan September 1945, rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don Bosco. Merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong, Malang. Dan pada tanggal 1 Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi rahasia) yang dianggap lambing kekejaman Jepang.

 Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia daerah Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut tangsi Otsukai Butai.

 Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi. Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.

 Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi, pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945 dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera Merah-Putih.

 Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut gedung-gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebut senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan Desember 1945, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 secara serentak para pemuda melakukan penyerangan terhadap Jepang.

 Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut. Pimpinan pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.

 Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa Insiden.

 Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi. Mereka melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.

Tindakan Heroik Terhadap Sekutu

 Peristiwa bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di hotel Yamato, yaitu peristiwa penyobekan bendera Belanda merah putih biru, menjadi bendera merah putih. Peristiwa itu disebut Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.
Lalu, saat terbunuhnya Jenderal Mallaby pada tanggal 28 Oktober 1945, pihak sekutu menuduh para pemuda Indonesia yang menuduhnya. Inggris mengeluarkan ultimatum agar pemuda Indonesia yang merasa membunuh menyerahkan diri sampai batas waktu tanggal 10 November 1945. Karena ultimatum tidak ditanggapi maka terjadi pertempuran antar Sekutu dengan Arek-arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo untuk mempertahankan Surabaya dari gempuran sekutu hampir satu bulan lamanya. Akhirnya, tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

 Peristiwa Bandung Lautan Api
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945 di kota Bandung, disebabkan oleh adanya tuntutan sekutu agar para pemuda menyerahkan senjata dan meninggalkan kota Bandung paling lambat 29 November 1945. Pasukan TRI akhirnya menyerbu Sekutu serta membumi hanguskan kota Bandung Selatan. Tokoh dalam Bandung Lautan Api diantaranya : Kol. A. H. Nasution, Kol. Hidayat, Moh. Toha, dan Aruji Kartawinata.

 Peristiwa Medan Area
Tentara yang dipimpin oleh Jenderal Ted Kelly mendarat di Medan dan ternyata diboncengi oleh tentara NICA yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Mereka menuntut para pemuda menyerahkan senjatanya, namun tidak dipenuhi sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 13 Oktober 1945.

 Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi.
Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang.
Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.

 Peristiwa Palagan Ambarawa
Pertempuran ini terjadi tanggal 21 November sampai 15 Desember 1945. Pertempuran terjadi antara TKR dengan Belanda dan Sekutu. Pertempuran bermula ketika tentara Sekutu secara sepihak membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan di Magelang dan Ambarawa. Setelah mendapat bantuan dari Devisi V pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Sekutu dapat dipukul mundur. Untuk mengenang pertempuran ini, didirikan monument dan museum Palagan Ambarawa.

 Pertempuran Margadana di Bali
Pertempuran ini terjadi di desa Margadana pada tanggal 18 November 1946 yang dipimpin oleh I Gusti Ngura Rai dengan pasukannya Ciung Wanara. Peristiwa ini terjadi karena menentang pembentukan NIT. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah Rai mengadakan perlawanan habis-habisan sehingga disebut dengan Perang Puputan.

 Pertempuran di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak member sambutan hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Maret 1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Peristiwa ini diawali dari penyerangan tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat. Para pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak. Serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum seumur hidup.

SEJARAH ( Dukungan Spontan dan Tindakan Heroik di Berbagai Daerah terhadap Pembentukan Negara dan Pemerintah Republik Indonesia )
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan perwujudtan niat dan tekad rakyat Indonesia untuk merdeka melepaskan diri dari penjajahan. Proklamasi Kemerdekaan, menimbulkan tanggapan dari rakyat Indonesia berupa gerakan spontan rakyat Indonesia yang mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia berupaya menegakkan kedaulatan Indonesia yang baru saja merdeka.
Dukunagn spontan tersebut bertujuan untuk mengusahakan secepat mungkin tegaknya kekuasaan Republik Indonesia baik ditingkat pusat maupun di daerah sehingga rakyat Indonesia berani menghadapi baik dengan pasukan Sekutu maupun Jepang yang masih berada di Indonesia. Wujud dukungan spontan rakyat Indonesia, sebagai berikut :
1. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 memunculkan permasalahan baru. Belanda sangat menampakan ketidak setujuannya atas kemerdekaan Indonesia. Belanda menunjukan keinginannya untuk berkuasa kembali atas wilayah anah air Indonesia. Dipihak lain sekutu yang semula hanya berkepentingan dengan Jepang justru mendukung keinginan Belanda. Pemerintah Jepang sendiri, tanggal 10 September 1945 telah mengumumkan akan menyerahkan Indonesia pada Sekutu.
Menghadapi kenyataan tersebut para pemuda yang tergabung dalam komite Van Acctie Menteng 31 berperan sebagai pelopor gerakan pemuda di Jakarta. Memunculkan gagasan untuk mengerahkan massa dalam suatu rapat raksasa di Lapangan Ikada dan rakyat siap mendengarkan pidato para pemimpin bangsa Indonesia. Suasana di Lapangan Ikada menjadi tegang setelah pasukan Jepang datang dan mengepung lengkap dengan senjatanya sehingga sewaktu – waktu dapat terjadi bentrokan dan pertumpahan darah.
Dalam rapat Presiden Soekarno mengemukakan pidatonya dengan inti :
a. Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah Republik Indonesia.
b. Menuntut rakyat untuk mematuhi kebijakan – kebijakan pemerintah dengan disiplin.
c. Memerintahkan rakyat untuk bubar meninggalkan lapangan dengan tenang.
Perintah yang dikeluarkan Presiden Soekarno dipatuhi sehingga rapat raksasa
diLapangan Ikada berakhir dengan aman dan tertib.
Makna yang sangat besar pada Rapat raksasa di Lapangan Ikada :
a. Rapat berahasil mempertemukan pemerintah RI dengan rakyat.
b. Rapat merupakan perwujudtan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c. Rapat berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.
2. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Pada masa penjajahan Hindia-Belanda, Kesultanan Yogyakarta merupakan salah satu pecahan dari Kerajaan Mataram akibat perjanjian Giyanti tahun 1755 dan Perjanjian Salatiga tahun 1757. Sekitar tahun 1945 Kesultanan Yogyakarta berada di bawah pimpinan Sultan Hamengkubowono IX.
Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mulai tersebar di penjuru tanah air, Sultan Hamengkubowono IX spontan menyatakan bahwa Yogyakarta tergabung dengan Republik Indonesia.
Tanggal 5 September 1945 Sultan Hamengkubowono IX mengeluarkan pernyataan sebagai bentuk dukungan terhadap Republik Indonesia, sebagai berikut :
a. Negeri Yogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa bagian dari negara Republik Indonesia.
b. Hubungan antara Yogyakarta dengan pemeritah pusat negara Indonesia bersifat langsung dan akan bertanggung jawab langsung kepada presiden Republik Indonesia.
c. Sultan Hamengkubowono IX memerintahkan segenap penduduk Yogyakarta untuk mengindahkan amanat tersebut.
3. Tindakan Heroik di Berbagai Daerah sebagai Bentuk Dukungan terhadap Negara dan Pemerintah RI.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 mendapat dukungan dari rakyat Indonesia yang melahirkan keberanian untuk menegakkan kedaulatan Indonesia di wilayah masing – masing. Cara yang dilakukan, dengan melakukan tindakan – tindakan kepahlawanan ( heroik ) di berbagai tempat di Indonesia. Rakyat Indonesia segera merebut tempat – tempat strategis yang masih dikuasai oleh Jepang, berusaha melucuti senjata Jepang dengan tujuan :
a. Mendapatkan senjata sebagai modal perjuangan selanjutnya.
b. Mencegah agar senjata Jepang tidak jatuh ke tangan Sekutu/Belanda.
c. Mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh rakyat.
Beberapa tindakan Heroik di Indonesia :
a. Tindakan heroik di Yogyakarta
Tanggal 26 September 1945, sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Memaksa agar orang – orang Jepang menyerahkan aset dan kantornya kepada orang Indonesia.
Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah di tangan Pemerintah Republik Indonesia, hari itu diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
b. Tindakan Heroik di Surabaya / Insiden Bendera
Tanggal 19 September 1945, orang orang Belanda mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato sehingga memancing kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman untuk menurunkan bendera ditolak. Bentrokan tak dapat dihindarkan. Beberapa orang pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan bendera Belanda, merobek warna biru dan mengibarkan kembali bendera Merah Putih ke tempatnya semula.
c. Tindakan Heroik di Semarang/Pertempuran 5 Hari di Semarang
Terjadi tanggal 15 -20 Oktober 1945. Pertempuran berawal dari adanya bentrokan antara polisi Indonesia dengan tentara Jepang dan adanya desas desus bahwa Jepang meracuni cadangan air minum di daerah Candi ( daerah Semarang bagian selatan ). Dr. Karyadi yang sedang memeriksa cadangan air minum tersebut ditembak oleh pasukan Jepang sehingga menimbulkan kemarahan rakyat. Terjadilah pertempuran selama 5 hari yang banyak menimbulkan korban. Untuk mengenang peristiwa tersebut dan mengenang keberanian para pemuda maka didirikan Monumen Tugu Muda.
d. Tindakan Heroik di Makasar
Tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapinia, Bulukumba. Setelah sampai di Ujung Pandang, Gubernur segera membentuk pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung – gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas Kaigun Heiho dan pelajar SMP. Tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujung Padang ke Polombangkeng.
e. Tindakan Heroik di Bali
Para pemuda Bali membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia ( PRI ), pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dan pasukan Jepang. Tanggal 13 Desember 1945 dilakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang meskipun gagal.
f. Tindakan Heroik di Banda Aceh
Sejak tanggal 6 Oktober 1945 para pemuda membentuk Angkatan Muda Indonesia ( API ) segera bergerak mengambil alih dan merebut kantor – kantor pemerintahan yang masih dikuasai oleh Jepang. Di tempat yang sudah berhasil direbut, dikibarkan bendera Merah Putih. Dibeberapa tempat mereka juga berhasil melucuti senjata Jepang.
g. Tindakan Heroik di Bandung
Diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Berlangsung sampai pasukan Sekutu datang tanggal 17 Oktober 1945.
h. Tindakan Heroik di Sumatra Selatan
Tanggal 8 Oktober 1945 Residen Sumatra Selatan Dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara menaikan bendera Merah Putih. Diumumkan Juga bahwa seluruh Karisidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perbutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden sebab orang-orang Jepang telah menghindar saat terjadi demonstrasi.
i. Tindakan Heroik di Sulawesi Utara
Tanggal 14 Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasuka Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A Maengkom, Kusno Dhanupojo, G.E. Duhan, juga menahan Komandan Garnisun Menado dan semua pasukan Belanda di Teling dan Penjara Manado. Diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tordano. Berita dan perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke Pemerintah Pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan maklumat no 1 yang ditandatangi oleh Ch.Ch.Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 sebagai rasiden dipilih B.W. Lapian.
j. Tindakan Heroik di Pulau Sumbawa
Bulan Desember 1945, para pemuda berusaha merebut senjata dari pasukan Jepang sehingga terjadi bentrokan dengan tentara Jepang di daerah Gempe dan Sape.
k. Tindakan Heroik di Kalimantan
Di beberapa kota Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktifitas politik seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tetap melaksanakannya. Tanggal 14 November 1945, sejumlah tidak kurang 8000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
l. Tindakan Heroik di Gorontalo
Tanggal 13 September 1945 di kota Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas – markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
4. Pembentukan Lembaga – lembaga Pemerintah di Daerah
Dalam naskah asli UUD 1945 pasal 18 disebutkan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang – undang dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak – hak asal usul dalam daerah – daerah yang bersifat istimewa. Untuk itulah pemerintah RI berusaha membentuk dan menyempurnakan lembaga lembaga pemerintahan di daerah – daerah. Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain :
a. Mengluarkan peraturan perundang undangan mengenai lembaga pemerintah daerah yang diinstruksikan presiden dan wakil presiden lewat radio.
b. Soekarno, Hatta dan Syahrir dalam waktu-waktu tertentu berkeliling ke daerah-daerah untuk memasyarakatkan pembentukkan lembaga-lembaga pemerintah daerah.
Instruksi tersebut ditindaklanjuti Sultan Hamengkubowono IX dengan menyusun kembali struktur, fungsi, dan personalia pemerintahan daerah Yogyakarta yang lepas dari kontrol Jepang. Awal Desember 1945 dimulai pembenahan yang tersusun menjadi :
a. Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Kabupaten
c. Kapanewon
d. Kelurahan
Sejak April 1946, lembaga eksekutif didampingi legislatif tersusun menjadi :
a. Provinsi dikepalai Gubernur
b. Kotamadya/Kabupaten dikepalai Walikota/Bupati
c. Kecamatan dikepalai Camat
d. Desa/Kelurahan dikepalai Kepala Desa/Lurah.

Tinggalkan komentar